Rabu, 11 Maret 2015

Biografi Dahlan Iskan





MASA KECIL MASA SULIT

Dahlan Iskan lahir di Desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatan Bando, Magetan, Jawa Timur, tahun 1951. Setelah lemari bajunya terjual, Dahlan Iskan akhirnya memutuskan sendiri tanggal dan bulan kelahirannya, yaitu 17 Agustus. Ia memilih tanggal serta bulan itu agar mudah diingat karena bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia.

Lemari baju satu-satunya terpaksa dijual untuk makan sehari-hari.  Padahal di belakang lemari itu bapaknya biasa mencatat tanggal kelahiran anak-anaknya . Tanggal lahir Dahlan pun ikut lenyap bersama sang lemari.

Sejak kecil, Dahlan sudah akrab dengan kemiskinan. Pakaian yang ia miliki hanya satu celana pendek, satu baju dan satu sarung. Kain sarung yang ia miliki bisa dijadikan alat serbaguna olehnya. Mulai dari sebagai alat ibadah, pengganti baju jika ia mencuci bajunya, pengganti celana jika ia mencuci celananya, selimut, bahkan karung jika ia sedang mengumpulkan sisa panen kedelai orang kaya. Kalau lapar mendera, dia terpaksa mencuri tebu milik pabrik gula di dekat rumahnya. Puluhan tahun kemudian nasib berkata lain. Dia harus menjadi pemimpin puluhan pabrik gula yang sedang sekarat di seluruh Indonesia. Hutang Dahlan dibayar lunas, satu tahun setelah dia menjadi menteri BUMN, pabrik-pabrik gula itu mulai menuai keuntungan setelah puluhan tahun merugi.

MASA DEWASA MASA BEKERJA

Dahlan Iskan memulai karirnya sebagai calon reporter Harian Mimbar Masyarakat di Samarinda. Segera setelah ia tidak menyelesaikan kuliahnya di IAIN (sekarang STAIN) dan lebih memilih untuk menggeluti dunia kewartawanan di Koran kampus dan aktif dibeberapa organisasi seperti Pelajar Islam Indonesia. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Nama Dahlan Iskan melejit setelah membuat liputan eksklusif karamnya Tampomas II. Kapal buatan Jepang dari Jakarta yang menuju Makassar itu, terbakar 2 hari sebelum akhirnya tenggelam. Sekitar 400 penumpang tewas, ada pula yang menyebut 666 tewas, salah satunya sang nakhoda, Abdul Rivai.

Dahlan yang saat itu menjadi kepala biro Tempo Jawa Timur, menjadi satu-satunya wartawan yang meliput. Karena medan ke lokasi sangat sulit. Dalam 3 hari, dia mengumpulkan bahan berita dan merekonstruksi tahap-tahap karamnya kapal. Dahlan saat itu  berhasil mewawancara seluruh awak kapal, dan korban yang selamat di dalam kapal motor Sangihe yang dipakai mengevakuasi korban.

Begitu terbit, liputan itu langsung banjir pujian. Bahkan disebut-sebut sebagai cikal bakal lahirnya gaya investigasi ala Tempo. Karier Dahlan pun melesat cepat akibat liputan maut ini.

Pada tahun 1982, Dahlan Iskan dipercaya untuk memimpin Koran Jawa Pos yang dibeli oleh Eric Samola (Direktur Utama PT Grafiti Pers, penerbit Tempo). Koran ini dahulu beranama Java Post yang kemudian menjadi Djawa Post dan akhirnya menjadi Jawa Pos. Pada saat itu, pasar Koran Surabaya dikuasai oleh harian Surabaya Post dan Kompas.  Jawa Pos waktu itu hampir mati dengan sirkulasi Cuma 6.800 eksemplar. Oplah yang habis diangkut dengan beberapa becak. Dalam kurun waktu lima tahun pertama (1982-1987), Dahlan iskan telah menjadikan Jawa Pos surat kabar spektakuler dengan oplah 126.000 eksemplar beserta omset tahunan melejit sampai Rp 10,6 miliar atau 20 kali lipat dari omset ditahun pertama (1982).

“Dulu saking tidak terkenalnya, kalo ada yang bertanya dimana kantor Jawa Pos? Jawabannya: “Di depan kantor Bank Karman.” Padahal Bank Karman juga bukan bank terkenal. Itu menjadi lecutan buat saya untuk membalik keadaan. Saya mau kalau ada yang bertanya di mana kantor Bank Karman. Jawabannya harus: “Di depan kantor Jawa Pos!” Sayangnya cita-cita saya tidak kesampaian. Bank Karman keburu dilikuidasi saat Jawa Pos mulai terkenal.” Kenang Dahlan Iskan sambil tertawa.

Pada tahun 1993, dalam usia 42 tahun, Dahlan Iskan memutuskan berhenti sebagai pemimpin redaksi dan pemimpin umum Jawa Pos. Inisiatifnya untuk berhenti karena percaya pentingnya regenerasi , memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berkarya. Alasan lain adalah karena ia ingin lebih fokus sebagai orang nomor satu Jawa Pos News Network yang ia dirikan selanjutnya.

Pada tahun 1997, ia berhasil mendirikan Graha Pena, gedung perkantoran berlantai 20, dan menjadi salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Kemudian gedung serupa juga dibangun di Jakarta pada tahun 2002. Dahlan mengembangkan bisnis medianya dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN) yang merupakan salah satu jaringan media terbesar di tanah air yang Jawa Pos Group saat ini memiliki 207 koran, 65 percetakan, 42 stasiun TV lokal, jaringan pemberitaan, pabrik kertas hingga belasan gedung perkantoran.


MASA TRANSISI MASA BERBAKTI

Aktifitas di media benar-benar ditinggalkan Dahlan ketika menderita kanker hati. Saking parahnya, satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidupnya adalah dengan melakukan operasi transplantasi hati. Proses menjalani operasi ditulis Dahlan menjadi sebuah buku “GANTI HATI” yang mengilhami banyak orang untuk mulai hidup sehat dan tetap semangat menghadapi penyakit kritis.

Setelah menjalani transplantasi hati (2006), Dahlan menghabiskan waktu sebagai Ketua Dewan Pengawas Pesantren Sabilul Muttaqin (PSM). Mengembangkan 131 sekolah dengan 9.300 guru. Dua di antaranya berstatus pesantren internasional bekerjasama dengan Al Irsyad, lembaga pendidikan Islam ternama di Singapura. Pesantren internasional di Magetan itu diberi nama International Islamic School (IIS). Sebanyak 15 guru IIS mendapat sertifikasi international sehingga mereka bisa menjadi guru di semua sekolah yang menggunakan kurikulum Cambridge School di seluruh dunia.

Mengurusi pesantren adalah kebahagian Dahlan. Selain karena perhatiannya yang besar pada dunia pendidikan, juga karena merupakan wasiat dari orangtunya.

MASA BERBAKTI MASA MENGABDI

Bos Koran Menjadi Bos Setrum

Pada 23 September 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar. Banyak orang yang tidak setuju akan hal ini, dikarenakan Dahlan Iskan bukanlah seorang yang berpendidikan ataupun berada dalam bidang PLN. Menanggapi cibiran tersebut, Dahlan dengan lugasnya menjawab melalui petikan :

“PLN ialah tempat berkumpul orang-orang hebat! Karyawannya lulusan SMA jurusan terhebat, Fisika! Jurusan yang dianggap paling pintar! Lalu, masuk Fakultas Teknik Elektro ITB, yang terhebat! Lulus ITB, diseleksi lagi masuk PLN oleh senior-senior yang hebat! Tidak diragukan lagi, PLN adalah kumpulan orang-orang terhebat dan terpintar di negeri ini! Jadi dibutuhkan manusia bodoh seperti saya... Kata Dahlan.

Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan dengan mengidentifikasi masalah PLN menjadi 5 musuh besar yang harus dikalahkan. Musuh No 1, yakni krisis listrik. PLN berhasil mengatasi krisis listrik hanya dalam waktu enam bulan (Januari-Juni 2010). Dalam waktu sesingkat itu kekurangan listrik di seluruh Indonesia tercukupi berkat manajemen distribusi daya yang lebih baik. Musuh besar No 2 panjangnya daftar tunggu: 2,5 juta orang. Ada yang sudah antre listrik sejak lima atau tujuh tahun. Daftar tunggu itu berhasil diselesaikan melalui dua kali gerakan sehari sejuta sambungan (GRASSS).

Musuh besar No 3: banyaknya gangguan trafo, juga sudah berhasil dikalahkan. Perawatan yang lebih intensif didukung dengan penyediaan trafo cadangan yang mencukupi berhasil meminimalkan gangguan listrik akibat kerusakan trafo. Musuh no. 4 yaitu gangguan feeder (penyulang) juga berhasil diatasi. Di Indonesia masih banyak feeder yang berjarak lebih dari jarak ideal yaitu 25 km. Bahkan di Tapanuli ada feeder yang panjangnya 300 km. Jarak feeder diusahakan seideal mungkin dimasa Dahlan.

Musuh besar no.5 yaitu inefisiensi sudah diperangi. Banyaknya pembangkit salah makan karena sulit mendapat gas membuat PLN terpaksa membakar solar yang lebih mahal. Berkat ‘mengemis’ ke berbagai pihak, beberapa pembangkit berbahan bakar BBM sudah mulai mendapatkan gas. Sayangnya sebelum upaya ini tuntas, tanggung jawab yang lebih besar disematkan ke pundak Dahlan.

Lulusan Pesantren Memimpin BUMN

Dua tahun menjabat sebagai Direktur Utama PLN, pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri BUMN. Ia terisak dan terharu begitu dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk melakukan reformasi PLN serta ia harus menanggung tanggung jawab yang besar dengan memegang amanah yang besar ini.

Begitu menjadi Menteri BUMN Dahlan menetapkan 3 misi BUMN: Pertama, BUMN harus bisa dipakai sebagai alat ketahanan nasional. Industri strategis masuk kelompok ini, demikian juga BUMN pangan. Kedua, BUMN harus bisa berfungsi sebagai engine of growth. Mesin pertumbuhan ekonomi. Proyek-proyek penting yang akan bisa menggerakkan ekonomi secara nyata harus dimasuki BUMN. Ketiga, BUMN harus bisa dipergunakan untuk menumbuhkan kebanggaan nasional. Pride of Nation. Sejumlah BUMN tidak boleh hanya bisa menjadi jago kandang. Harus menjadi kebanggaan bangsa di dunia internasional.

“Alangkah hebatnya Indonesia kalau semua potensi bangsa disatukan dalam koordinasi yang utuh. Kalau saja ada kesatuan di dalamnya, kita bisa memproduksi pabrik apa pun, alat apa pun, dan kendaraan apa pun. Pembangkit listrik, pabrik gula, pabrik kelapa sawit, pesawat, kapal, kereta, motor, mobil, dan apalagi sepeda, semua bisa dibuat di dalam negeri” Ujar Dahlan.

Visi itu satu persatu berhasil diwujudkannya dalam waktu singkat. Industri pertahanan negara bangkit, pembangunan  infrastruktur memanfaatkan kekuatan BUMN begitu cepat, BUMN pertanian dan perkebunan bergerak bahu membahu mewujudkan ketahanan pangan nasional. Mimpinya membentuk BUMN-BUMN yang kuat yang mampu bersaing dalam pasar global terwujud ketika Pertamina masuk dalam Fortune 500. Garuda Indonesia mengalahkan MAS dan menjadi maskapai kelas ekonomi terbaik dunia. Semen Indoensia mengakusisi pabrik semen di Vietnam dan menjadi Pabrik Semen terbesar di ASEAN. BUMN-BUMN Karya melakukan ekspansi ke Afrika dan Jazirah Arab. Banyak prestasil lain BUMN di bawah Dahlan Iskan yang menumbuhkan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Kerja.Kerja. Kerja. Demi Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar