Sebagian orang dapat mengingat mimpi
dengan mudah ketika bangun dan sebagian yang lain hanya bisa mengingatnya
sesekali. Mengapa demikian? Sekelompok peneliti dari Prancis telah menemukan
jawabannya sekaligus menemukan bagaimana mekanisme otak bisa menyimpan mimpi.
Para ilmuwan membagi 41 responden
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang dengan mudah
mengingat kembali mimpinya. Mereka mengingat rata-rata 5,2 mimpi pada pagi
hari, tiap minggunya. Kelompok kedua merupakan mereka yang tak bisa mengingat
mimpi, yakni hanya mengingat 2 mimpi tiap bulannya.
Tim yang dipimpin oleh Perrine
Ruby, peneliti di Lyon Neuroscience Research Center itu
menemukan ada daerah di otak yang bertanggung jawab untuk mengingat mimpi dan
mencatatnya dalam memori ketika seseorang sedang tidur.
Pada otak manusia, terdapat persimpangan
temporo-parietal, bagian itu merupakan pusat pemprosesan informasi di otak.
Berdasar penelitian diketahui bahwa orang yang mudah mengingat mimpi memiliki
temporo-parietal yang lebih aktif. Peningkatan aktivitas di wilayah tersebut
dipercaya memfasilitasi proses penyimpanan mimpi dalam memori.
Mereka yang mudah mengingat mimpi
biasanya lebih sering terjaga selama tidur dibanding mereka yang tak bisa
mengingat mimpi. Otak para para pengingat mimpi juga lebih reaktif terhadap
rangsangan suara ketika mereka tidur dan lebih mudah terjaga. Demikian hasil
studi itu dituangkan dalam tulisan yang dimuat di jurnal Neuropsychopharmacology.
"Ini menjelaskan mengapa mereka
yang mudah mengingat mimpi biasanya lebih reaktif terhadap stimulus lingkungan,
lebih sering bangun saat tidur, dan lebih baik dalam mengkodifikasi mimpi ke
dalam ingatan dibanding mereka yang tak bisa memngingat mimpi" papar Ruby
sebagaimana dikutip dari Daily Mail dan ditulis, Rabu (19/2/2014).
"Memang, saat tidur otak tak bisa
menyimpan memori baru, otak harus dibangunkan agar mampu melakukannya," tambahnya.
Meningkatnya reaktivitas otak
menyebabkan orang mudah terjaga pada malam hari. Dalam periode terjaga yang
singkat itu, mimpi akan disimpan ke dalam memori. Sebaliknya, rendahnya
aktivitas pada simpangan temporo-parietal menyebabkan orang jarang terjaga
sehingga otak tak bisa menyimpan mimpi.
Perbedaan antara orang yang mudah mengingat
mimpi dan orang yang sukar mengingat mimpi tak hanya terjadi saat tidur.
Ilmuwan juga menemukan berbedaan ketika mereka terjaga.
Untuk melihat perbedaan itu, para
peneliti menggunakan Positron Emission Tomography (PET). Alat
tersebut berfungsi mengukur aktivitas spontan otak responden ketika mereka
tidur maupun terjaga.
Mereka yang mudah mengingat mimpi
menunjukkan aktivitas otak yang lebih kuat pada area medial prefrontal
cortex (mPFC) dan persimpangan temporo-parietal (TPJ). Kedua area
tersebut diketahui merupakan bagian otak yang terlibat dalam reaksi otak
terhadap stimulus dari luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar