SEGARIS warna putih berkilau dari kejauhan ditimpa cahaya matahari siang. Air laut berwarna kehijauan menyajikan kontras yang indah. Laju perahu yang kian pelan, dan sepotong surga terpampang di depan mata.
Kian lama, garis warna putih itu kian lebar, membentuk gundukan yang
semakin besar. Kami buru-buru melompat dari perahu, menjejak pasir yang
memanggil-manggil untuk segera dipijak.
Pasir putih itu terasa sangat lembut hingga lesak ke dalam menahan berat
tubuh kami dan meninggalkan jejak kaki di antara serpihan terumbu
karang mati. Dari sana, sejauh mata memandang, hanyalah laut biru
menghampar tiada batas.
Debur ombak yang pecah dan mencipta buih di sisi luar gundukan pasir
menjadi hiburan di tengah alam yang sunyi. Meski hanya berupa gundukan
pasir putih tanpa tumbuhan dan pepohonan, pulau kecil ini tetap terlihat
begitu indah.
Penduduk setempat menyebut gundukan pasir putih itu sebagai Gili Pasir
atau Gili Kapal. Gili Pasir atau Gili Kapal merupakan salah satu gili di
kawasan Gili Lampu atau Gili Kondo yang masuk wilayah Kecamatan
Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Kawasan ini disebut Gili Lampu karena terdapat mercusuar yang lampunya
berkedap-kedip di malam hari. Nama Gili Kapal atau Gili Pasir dipilih
karena saat air laut surut, bentuk pulau itu menyerupai kapal kecil.
Disebut pula Gili Pasir karena hanya berupa gundukan pasir.
Kawasan
Gili Lampu bisa dijangkau dari Pelabuhan Gili Lampu di Sambelia.
Disewakan banyak perahu bermotor dengan tarif cukup terjangkau untuk
menuju pulau-pulau ini. Selain Gili Pasir, terdapat pula Gili Petagan,
Gili Bidara, dan Gili Kondo.
Gili Pasir kerap dimanfaatkan nelayan untuk memancing. Siang itu, ada 10
nelayan dari Desa Wanasaba, Lombok Timur, yang mencari ikan dengan
pancing. Hasil tangkapan berupa ikan barakuda tampak tergolek di atas
pasir, masih di dalam jaring masing-masing. Bau khas ikan segar pun
meruap di udara.
Untuk memancing, para nelayan hanya perlu berjalan beberapa puluh meter
saja menjauhi pantai. Mereka tampak berjejer sambil menunggu umpannya
berhasil menjerat ikan. Aktivitas itu terlihat menarik, tetapi
sebenarnya merusak lingkungan karena menginjak-injak terumbu karang di
sekitar Gili Pasir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar