Ini adalah pagi yang cerah. Mita dan Doni, dua orang siswa kelas
VII yang sedang asyik membaca-baca buku Biologi di koridor sekolah. Pasalnya
nanti siang akan ada ulangan harian mata pelajaran tersebut. Kemudian Anggi
datang, sahabat mereka.
Anggi : “Mit,
Don, rajin sekali kalian berdua!”
Mita : “Iya
dong, tugas kita sebagai pelajar kan memang harus belajar. Hehehe…”
Anggi : “Iya
juga sih. Eh ngomong-ngomong kalian tahu nggak, bakal ada murid baru di kelas kita hari ini.”
Doni : “Oh
ya? Siapa namanya? Laki-laki atau perempuan?”
Anggi : “Laki-laki,
tapi aku juga belum tahu siapa namanya.”
***
[Bel sekolah berbunyi]
Mita : “Eh
ayo masuk kelas, udah bel tuh!”
Anggi & Doni : “Oke”
[Ketiganya pun memasuki ruang kelas. Ibu guru masuk bersama
seorang murid baru.]
Ibu Guru : “Selamat
pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru dari Aceh, ia akan menjadi teman sekelas kalian. Silakan
perkenalkan dirimu, nak!”
Ridwan : “Selamat
pagi, teman-teman. Nama saya Muhammad Ridwan. Saya berasal
dari Aceh.”
Mita : (Berbisik
pada Anggi)
“Jauh sekali ya, dari Aceh pindah ke
Bandung!”
Anggi : (Anggi
hanya mengangguk tanda setuju).
Ibu Guru : “Ridwan,
kamu duduk di belakang Doni ya”
(menunjuk sebuah meja kosong).
[Ridwan segera duduk di kursi yang disediakan]
Ibu Guru : “Ya
baiklah, sekarang kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di halaman 48.”
[Pelajaran pun dimulai]
***
Tiba saatnya jam istirahat. Ridwan yang belum memiliki teman,
diam saja duduk di kursinya sambil menunduk. Rupanya belum ada yang mau
mendekati Ridwan. Semua siswa di kelas itu masih sungkan dan hanya mau tersenyum
saja padanya tanpa berani mengajak ngobrol lebih lanjut.
Doni : “Psst.. Mit, Nggi, coba lihat anak baru
itu, sendirian aja ya!”
(berbisik pada Mita dan Anggi saat mereka
baru kembali dari kantin)
Mita : “Ayo
kita dekati saja.”
(Ketiganya menghampiri Ridwan)
Anggi : “Hei,
Ridwan. Kenalkan aku Anggi, ini Ridwan dan Mita”
(menunjuk kedua temannya)
[Ketiganya duduk di sekeliling Ridwan]
Ridwan : “Hai,
salam kenal.”
Doni : “Kamu
kok tidak jajan ke kantin?”
Ridwan : “Ehm..
Aku bawa bekal makanan
(Pelan sekali, sambil tertunduk).
Mita : “Oh
begitu, rajin sekali kamu, Wan!
[Keempat siswa ini mulai terlibat obrolan ringan sehingga Ridwan
merasa ditemani]
***
Saat jam pulang sekolah, Ibu Guru memanggil Anggi dan Doni yang
hendak pulang ke rumah.
Ibu Guru : “Anggi,
Doni! Ke sini sebentar. Ibu mau menanyakan sesuatu.”
[Anggi dan Doni berjalan menghampiri Ibu Guru]
Doni : “Ada
apa, Bu?”
Ibu Guru : “Itu,
bagaimana perilaku Ridwan di kelas? Apakah ia bisa membaur?”
Doni : “Dia
agak pendiam, Bu. Dan suka menunduk saat berbicara.”
Anggi : “Tadi
pas jam istirahat, kami berdua dan Mita berusaha mendekatinya. Kami mengobrol cukup lama, ia
anak yang baik kok, hanya saja ia seperti agak kurang percaya
diri dan minder.”
Ibu Guru : “Hmm…
begitu ya. Anak-anak, Ridwan adalah salah satu korban selamat tragedi tsunami Aceh beberapa tahun
yang lalu. Kedua orang tuanya tewas terhempas ombak. Kini hanya
tinggal ia dan adik perempuannya, namanya Annisa. Ia masih yang
duduk di kelas 4 SD.
Anggi : “Ya
Tuhan, sungguh berat cobaan yang menimpanya…”
Ibu Guru : “Iya.
Untungnya, seorang pamannya tinggal di Bandung. Sehingga ia dan adiknya tinggal di sini. Mereka
tergolong masyarakat prasejahtera, sehingga Ridwan benar-benar
harus berhemat.”
Doni : “Oh
pantas saja tadi jam istirahat ia tidak ke kantin.”
Ibu Guru : “Ya
sudah, Ibu cuma mau bilang begitu. Kalian berbaik-baiklah dengannya. Temani dia agar tak merasa
kesepian dan terus berduka.”
[Anggi dan Doni kemudian pamit untuk pulang]
***
Di rumahnya, Doni terus menerus memikirkan teman barunya,
Ridwan. Akhirnya ia mendapatkan suatu ide. Dikabarkannya Anggi dan Mita melalui
SMS. Keesokan harinya di jam istirahat..
Doni : “Eh,
kalian membawa apa yang aku bilang kemarin, kan?”
Anggi & Mita : “Bawa
dong. Ayo kita dekati Ridwan.”
[Mereka bertiga pun berjalan mendekati Ridwan]
Anggi :
“Ridwan, bolehkah kami bertiga makan bersamamu?”
Ridwan : (Kikuk
dan kebingungan) “Eh, um.. boleh saja..”
Doni, Anggi, dan Mita mengeluarkan bekal makanan mereka.
Ketiganya juga membawa makanan camilan untuk dimakan bersama-sama, tentu saja
Ridwan juga kebagian. Dengan makan bersama setiap hari, mereka berharap bisa
membuat Ridwan lebih ceria. Setelah makan…
Ridwan : “Terima
kasih, teman-teman. Kalian sangat baik kepadaku.”
Mita : “Kamu
ini bicara apa, sih? Kita kan teman, wajar saja jika kita saling bersikap baik.”
Semenjak itu Ridwan menjadi semakin kuat karena dukungan
teman-teman barunya. Siswa-siswa lain di kelas itu pun banyak yang bergabung
membawa bekal untuk dimakan bersama-sama pada jam istirahat. Suasana menjadi
semakin menyenangkan.
Seketika itu giliran aku yang bertanya ,apakah
kamu bisa menjawab pertanyaan ku ini don (sambil bercanda).
“doni menjawab” oke serahkan saja semuanya
padaku, Insya Allah aku akan menjawab semua pertanyaan mu.
Lalu aku bertanya “ Don kalau orang berjuang
demi kemjuan dan kesejahteraan negaranya itu bagaimana”
“ Doni menjawab ” contohnya
sangat sederhana seperti seorang guru yang bersedia di tempatkan untuk mengajar
di daerah terpencil demi mendidik anak-anak di negeri ini supaya pintar ,
polisi dan tentara yang di tugaskan di daerah konflik, pejabat dan pegawai
pemerintah yang mau bekerja keras demi memajukan daerahnya dan atlit-atlit
berprestasi juga bisa dikatakan berjuang demi negeri tercinta ini dan masih
banyak lagi contoh-contoh lainnya.
Setelah bertanya tatkala
itu aku teringat kepada cita-cita ku yang berkeinginan menjadi tentara .
“lalu aku bertanya” don kalo boleh tahu
cita-cita mu apa?
Aku ingin menjadi seorang penulis dan sastrawan
yang terkenal .
Berarti beda ya sama aku .aku ingin menjadi
seorang tentara , jika aku menjadi seorang tentara aku akan mencintai tanah air
ini dan bersedia di tempatkan di plosok penjuru nusantara ini demi
pengabdianku.
Doni berkata ,wah hebat kamu semoga cita-cita
muliamu ini bisa di kabulkan oleh sang pencipta .amin.
“lalu aku menjawab “ iya don terima kasih atas
doanya ,semoga cita-cita kamu juga terkabulkan .amin,
Ketika kami ngobrol andi malah asik bermain
game di psp nya .pantesan ga mau giliran Tanya (kata ku).
Tak terasa pembicaraan kami sudah
berlangsung satu jam ,tatkala itu malam semakin gelap dan suara-suara hewan
malam bernyanyian dengan nyaringnya seolah ingin menunjukkan malam yang semakin
panjang .tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 wib dan kami bergegas
pulang karena takut akan kemalaman.
Ketika
itu aku mengajak mereka pulang “ayo teman-teman kita pulang”
Lalu andi menjawab “kalian pulang
duluan aja entar aku nyusul ini game nya sudah hampir tamat nih.(sambil bermain
portable nya ) seolah Andi tidak mau pulang.
Ya sudah andi kami pulang
dulu.hati-hati ya teman-teman (kata andi).
Iya andi kamu jangan lupa belajar, katanya
ingin memajukan negeri tercinta ini kamu jangan bermain game saja.
Dengan seriusnya Andi bilang iya teman-teman
saya akan berubah dan saya akan belajar lebih giat lagi ." Kalian
duluan ya .. " kata Andi, lalu kujawab " Iya .. "
Sampai jumpa lagi.akhirnya aku
dan doni pulang menuju rumah masing-masing dan kami berpisah di perempatan
jalan gang di kampung kami. Aku bertanya kepada Doni, Don terimakasih ya atas
pengetahuan nya tadi.
‘’Doni menjawab’’ iya sama-sama teman ,sampai
jumpa besok yaa.
Aku menjawab " iya selamat malam
"
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar