Akhirnya ilmuwan memahami penyebab letusan Supervolcano Toba dan Yellowstoneyang
pernah terjadi dan dianggap sebagai bencana alam terbesar di dunia.
Letusan Supervolcano bisa saja terjadi secara spontan di dorong oleh
tekanan magma tanpa adanya pemicu eksternal. Diantaranya letusan yang
pernah terjadi di danau Toba, gunung krakatau, dan Yellowstone Wyoming.
Pencarian penyebab letusan Supervolcano menggunakan Synchrotron X-rays, tim peneliti terdiri oleh Wim Malfait, Carmen Sanchez dan
beberapa rekan lainnya dari Paul Scherrer Institute, Okayama University
(Jepang) , Laboratorium Geologi CNRS, Universite Lyon 1, ENS Lyon
(Prancis), dan Synchrotron Europe (Prancis). Hasil analisis mereka
diterbitkan dalam jurnal Nature Geosciences edisi Januari 2014.
Tekanan, Penyebab Utama Letusan Supervolcano
Sekitar 600 ribu tahun lalu, sebuah letusan Supervolcano telah
menciptakan kawah besar di Wyoming Amerika Serikat yang saat ini dikenal
sebagai tempat tujuan wisata, Yellowstone National Park. Ketika
Supervolcano meletus setidaknya mengeluarkan lebih dari 1000 km3 abu dan
lava ke atmosfer, ledakan ini jauh lebih dahsyat atau 100 kali lebih
hebat dari yang pernah terjadi gunung Pinatubo, Filipina tahun 1992.
Letusan Supervolcano akan berdampak pada iklim global, saat Pinatubo meletus setidaknya suhu global menurun
0.4 derajat Celcius selama beberapa bulan. Dan jika Supervolcano yang
ada saat ini meletus, diperkirakan suhu global akan menurun 10 derajat
Celcius selama sepuluh tahun. Saat seperti inilah dunia mengalami
periode kegelapan, suhu diberbagai dunia sangat dingin karena sinar
matahari tertutup debu vulkanik bertahun-tahun. Banyak makhluk hidup
yang tidak sanggup bertahan, situasi ini pernah terjadi ketika gunung
Toba meletus 74 ribu tahun lalu.
Mekanisme yang memicu letusan Supervolcano Toba Dan Yellowstone sangat
sulit dipahami, hal ini disebabkan proses yang berada didalam
Supervolcano berbeda dengan proses gunung konvensional (misalnya gunung
Pinatubo). Supervolcano memiliki dapur magma jauh lebih besar dan selalu
terletak didaerah aliran panas interior bumi di permukaan yang tinggi.
Sehingga dapur magma yang besar dan panas seperti plastik, dimana
bentuknya bisa berubah fungsi sebagai penekan yang secara bertahap juga
mengisi magma panas. Sifat plastisitas ini memungkinkan penghindaran
tekanan sehingga jarang meletus, berbeda dengan dapur magma gunung
konvensional yang lebih kaku.
Menurut Dr Malfait yang dilansir BBC News, jika Yellowstone berada
diambang letusan kemungkinan tanah akan naik ratusan meter dari waktu ke
waktu (seperti gunung krakatau). Jadi hal ini terlihat seperti
peringatan dini sebelum supervolcano meletus. Supervolcano Yellowstone
saat ini memiliki 10 hingga 30 persen senyawa parsial, untuk melepaskan
tekanan harus cukup tinggi sekitar 50 persen. Jadi, letusan supervolcano
sangat jarang terjadi, mungkin saja terjadi sekali dalam puluhan ribuan
tahun tetapi sifatnya menghancurkan.
Para ilmuwan tidak mengebor kedalam magma karena semua itu tidak
mungkin, tetapi dengan menggunakan peralatan yang disebut Synchrotron
X-rays mereka mampu melihat bagian magma cair dan padat serta perubahan
kepadatan saat magma mengkristal menjadi batu. Suhu dalamnya
diperkirakan mencapai 1700 derajat Celcius dan bertekanan sekitar 36000
atmosfer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tekanan pada supervolcano
sebenarnya cukup besar untuk memecahkan kerak bumi hingga mencapai
permukaan, bahkan tanpa adanya air atau gelembung karbon dioksida dalam
magma naik ke permukaan, dorongan keras ini menyebabkan ledakan
vulkanik.
Kekuatan pendorong berasal dari tekanan tambahan yang disebabkan
kepadatan berbeda pada batuan magma padat dan cair, tekanan ini terus
bertambah yang akhirnya mampu memecahkan ketebalan kerak bumi sehingga
terjadi letusan supervolcano. Magma juga sering berisi air sehingga
secara langsung menambah uap dan tekanan tambahan. Sehingga, tekanan
yang dihasilkan dari perbedaan densitas antara magma padat dan cair
mampu memecahkan kerak bumi setebal 10 kilometer diatas dapur magmanya.
Faktor lain seperti gempa bumi tidak akan menyebabkan letusan supervolcano Toba dan Yellowstone, kecuali dapur magma telah penuh tekanan. Sesuatu yang aneh juga terlihat pada gunung krakatau yang semakin bertambah ketinggiannya, kekhawatiran supervolcano ini masih ada kemungkinan letusan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar