Hai
para readers, dari judulnya sudah keliahatn isi dari artikel ini, yap
saya akan memberi sedikit informasi tentang keadaan Indonesia saat
dibuat praktek oleh kolonial Jepang yaitu Romusha. Oke, READ MORE and
check it out !
Sedikit Sejarah Tentang Romusha Praktik Kolonialisme Jepang
DALAM
sejarah kolonialisme, Jepang merupakan negara pertama di Asia yang
memiliki pandangan dan aksi kolonialisme. Kolonialisme Jepang memang
pada akhirnya menjadi kolonialisme yang sangat pendek. Kolonialime
Jepang memang belum sebanding jika disandingkan dengan kolonialime
bangsa bangsa Eropa atas Asia, Afrika, dan Amerika dalam sejarah abad
ke-15 hingga ke-20.
Memang
harus diakui, Jepang sempat mengejutkan Eropa, menjelma menjadi
kekuatan kapital-militeristik yang membuat repot Eropa dan Amerika.
Beroperasinya kolonialisme Jepang disusun oleh Tanaka arsitek perang
modern yang juga menjadi perdana menteri Jepang waktu 1927-1929. Pikiran
pikiran Tanaka ditungakannya ke dalam Memorandum Tanaka. Memorandum ini
berisi rencana Jepang untuk memikul tugas suci untuk memimpin bangsa
bangsa Asia Timur. Pandangan ini pada akhirnya mewujud menjadi doktrin
dengan nama Hakko I Chiu; dunia dalam satu keluarga dibawah pimpinan
Jepang.
Terinsipirasi
dari semangat ini, berubahlah Jepang menjadi kekuatan militer yang
sangat disegani. Dalam sejarah perang dunia 2, kemampuan militer Jepang
dalam sesaat mampu menghancurkan sekutu, dan dalam sekepap menguasai
Asia Tenggara dan sebagian pasifik. Dominasi Jepang ini pada akhirnya
berakhir dengan tragis, dalam satu hari pada 9 Agustus 1945 pesawat
pembom B 29 milik Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di KotaHiroshima
dan Nagasaki. Inilah momentum kekalahan Jepang, serta berakhir pulalah
dominasinya di Asia timur dan sebagian Pasifik.
Masuknya
Jepang ke Indonesia, awalnya disambut gembira oleh para pejuang
kemerdekaan waktu itu. Jepang dianggap sebagai saudara, sesama Asia yang
membantu mengusir Kolonial Belanda . Namun, sesaat setelah Jepang
mendarat di Hindia Belanda (Indonesia-saat ini), ternyata Jepang berbuat
yang tak kalah licik dan bengisnya. Jepang berupaya menghapus pengaruh
kultural barat yang telah hinggap di Hindi Belanda, dan yang kedua
Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam startegi yang ada di tanah
air kita. Pasokan sumber sumber ala mini digunakan untuk membiayai
perang Jepang dengan Sekutu di Asia Timur dan Pasifik.
Luasnya
daerh pendudukan Jepang membuat Jepang memerlukan tenaga kerja yang
begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk membangun kubu
pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan
jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa yang
cukup padat. Para tenaga kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga
Romusa. Jejaring tentara Jepang untuk menjalankan romusha hingga ke desa
desa. Dalam catatan buku ini, setidaknya ada 300.000 tenaga romusha
yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, 70.000 orang
diantaranya dalam kondisi menyedihkan da berakhir dengan kematian.
Para
romusa juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming
iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kamp kamp tertutup
untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu).
Romusa
juga melibatkan tokoth tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh
Jepang untuk menjadi tenaga tenaga paksa tersebut. Diantara para romusa
yang berasal dari tokoh pergerakan adalah Soekarno dan Otto
Iskandardinata. Mereka berdua dipaksan tentara pendudukan Jepang untuk
membuat lapangan udara darurat.
Jepang
melakukan rekruitmen calon calon romusa, pola tingkatan, serta alokasi
tenaga kerja paksa ini. Basis paparannya melihat praktik romusa dan
proyek proyeknya di Gunung Madur dan sekitar Banten. Namun pada saat
yang sama, Jepang berhasil memanipulasi keberadaan romusa ini ke dunia
internasional. Untuk menyamarkan keberadaan romusa, Jepang memperhasul
istilah romusa dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja.
Pada
pertengahan tahun 1943, para romusa semakin di eksploitasi oleh Jepang.
Karena kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusa romusa ini
digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung perang secara
langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan tenaga
tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada
situasi seperti ini, permintaan terhadap romusa semakin tak terkendali.
Jika
kita melihat angka tahunnya, proyek romusa di Indonesia berjalan dalam
tempo dua tahun. Bukanlah waktu yang pendek untuk menghasilkan
penderitaan dan kematian sebagaimana yang terungkap dalam data diatas.
Barulah pada tahun 1945, Hindia Belanda merdeka menjadi Indonesia, serta
mengakhiri proyek dan impian kolonialisasi Jepang.
Romusha
adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa
pada masa penjajahan Jepang di indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.
Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang
mewajibkan para petani menjadi romusha. Jumlah orang-orang yang menjadi
romusha tidak diketahui pasti-perkiraan yang ada bervariasi dari 4-10
juta.
Inilah Foto-Foto Rakyat Indonesia Ketika Kerja Paksa Jaman Penjajahan
Jadi, tugas kita sekarang adalah belajar, belajar, dan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar